4:37 PM KONGRES PEMUDA II: AWAL TERBENTUKNYA BANGSA INDONESIA |
Perasaan sebagai satu bangsa memanglah sudah disadari oleh kita orang-orang yang mendiami gugusan kepulauan nusantara ini sejak lama. Orang-orang nusantara sudah saling beinteraksi antar daerah dan pulau satu sama lain sedari dulu. Mereka merasa meskipun mereka berada di kepulauan yang terpisah satu sama lain, namun mereka menyadari bahwa mereka mendiami sebuah gugusan besar kepulauan yang sama. Bahkan sebagaimana yang kita tahu di abad 14, di era kerajaan Majapahit, Gajah Mada seorang patih di kerajaan Majapahit tersebut pernah pula menyatakan sebuah sumpah untuk menyatukan seluruh kepulauan nusantara ini. Sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa ini dapatlah kita katakan telah berhasil memberi semangat yang besar dan membawa keberhasilan kepada sang patih untuk menyatukan kepulauan nusantara pada waktu itu. Namun demikian sebagaimana kita tahu, persatuan yang berhasil dibentuk di kepulauan nusantara di masa itu adalah persatuan yang rapuh. Hal ini karena persatuan yang terbentuk bukanlah didasari oleh kesadaran dan kemaun kita sendiri melainkan karena penaklukan. Nusantara disatukan oleh kehebatan militer Majapahit kala itu. Dan sebagaimana kita tahu juga, akhirnya nusantara pun kembali harus tercerai berai. Berbeda dengan Sumpah Palapa yang adalah sumpah pribadi seorang patih untuk menyatukan nusantara, Sumpah Pemuda yang dibuahkan dari Kongres Pemuda II ini adalah sumpah bersamanya bangsa Indonesia. Ini adalah sumpah yang lahir dari sebuah kesadaran yang kuat akan dan keinginan yang kuat untuk menjadi kesatuan bangsa. Sumpah pemuda ini adalah sebuah ikatan persatuan dan persaudaraan yang terlahir dari keinsafan para pemuda-pemudi Indonesia dari berbagai daerah di nusantara akan keharusan mereka menjadi satu bangsa.
Benarlah jika kita sebuat momen Kongres Pemuda II ini sebagai momen yang sangat istimewa dalam perjalanan bangsa. Di titik inilah bangsa Indonesia terbentuk. Inilah embrionya bangsa Indonesia. Disinilah bangsa Indonesia yang kala itu masih tercerai berai, untuk pertama kalinya diikat jiwa mereka dalam sebuah kesadaran yang tertuang menjadi sebuah sumpah bersama. Sumpah Pemuda. Momen ini benar-benar telah menghadirkan api semangat yang hebat. Spirit dari sumpah pemuda ini, semangat persatuan dan persaudaraan sebangsa ini, telah sanggup menghantarkan kita kepada perjuangan yang bulat dan memiliki arah yang jelas serta akhirnya membawa kita pada kemerdekaan yang kita cita-citakan 17 tahun kemudian. Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa kolonisasi yang dilakukan Belanda atas negeri kita ini telah menjadi pemicu mengkristalnya kesadaran kita sebagai satu bangsa. Keberhasilan Belanda menguasai keseluruhan gugusan kepulauan dari Sabang sampai Merauke negeri ini, yang kemudian diberi nama Hindia Belanda telah secara langsung mempertegas wawasan akan kesatuan wilayah kita. Kesatuan wilayah Hindia Belanda ini pula yang kemudian menjadi dasar makna satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda. Ketika kita bersumpah bertanah air yang satu, bangsa yang satu dan bahasa yang satu, tentulah sumpah yang kita maksud tersebut adalah meliputi keseluruhan wilayah negeri ini yang terdiri dari ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke itu. Tidak ada satu wilayah pun dari Hindia Belanda itu yang ditinggalkan. Karenanya ketika kita berjuang untuk mencapai kemerdekaan, arah dari perjuangan kemerdekaan kita itu adalah untuk keseluruhan wilayah dari Sabang sampai Merauke. Dan ketika kemudian kita berhasil memproklamasikan kemerdekaan kita pada tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan kita itupun adalah kemerdekaannya seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Catatan penting bagi kita yang hidup dimasa ini tentang Sumpah Pemuda ini adalah betapa kita ini adalah anak-anak dari manusia-manusia hebat yang memiliki ketinggian budi dan akal. Bahwa kita adalah generasi yang terlahir dari generasi besar yang telah sanggup memutus rantai-ratai belenggu yang memisahkan kita karena perbedaan suku, ras dan agama. Karenanya janganlah ada di masa kita ini, kondisi dimana kita masih direcoki dengan hal-hal yang membuat kita tercerai berai karena segala perbedaan yang kita punya. Sudah semestinyalah kita mewarisi kesadaran tinggi akan bhinneka tunggal ika dan dengan ihlas hati menerima keseluruhan manusia yang mendiami kesatuan wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sebagai saudara-saudara kita sebangsa, apapun suku, ras, golongan dan agamanya.
Dari sejarah kita tahu bahwa terdapat rentang waktu yang sangat panjang dalam serjarah perjalanan bangsa kita, dimana kita hidup tercerai berai dan bergolong-golongan. Dimana kita hidup bermusuh-musuhan dan bahkan saling memerangi dan saling menaklukan satu sama lain. Hal itu terjadi tentu saja karena cara pandang sempit kita akan siapa kita. Untuk itulah lagu Indonesia Raya hadir untuk menegaskan akan keindonesiaan kita. Lagu Indonesia Raya hendak menanamkan mindset bahwa yang kita sebut tanah air, yang kita sebut tanah tumpah darah itu bukanlah hanya sebatas petak tanah dimana kita dilahirkan saja, tapi tanah air kita dan tanah tumpah darah yang harus kita bela dan perjuangkan itu adalah meliputi keseluruhan wilayah dari Sabang sampai Merauke. Tidak boleh orang-orang Jawa berpikir bahwa tanah air dan tanah tumpah darah itu hanyalah sebatas tanah Jawa saja. Tidak boleh orang-orang Sunda berpikir bahwa tanah air dan tanah tumpah darah itu hanyalah sebatas tanah Sunda saja. Demikian juga dengan orang-orang Aceh, Padang, Batak, Ambon, Bugis, Dayak, Papua dan yang lainnya tidaklah boleh berpikir bahwa tanah air dan tanah tumpah darah itu hanyalah sebatas tanah dimana ia berdiri bersama suku dan golongannya itu. Melalui lagu Indonesia Raya ini kita diharuskan untuk berpikir bahwa tanah air dan tanah tumpah darah kita itu adalah kesatuan utuh gugusan kepulauan Indonesia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tanah Jawa adalah tanah air dan tanah tumpah darah kita, tanah Sumatera juga adalah tanah air dan tanah tumpah darah kita, tanah Kalimantan, tanah Sulawesi, tanah Maluku, tanah Nusa Tenggara, tanah Papua dan seluruh tanah dalam gugusan kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke itu adalah tanah air dan tanah tumpah darah kita semua. Karenanya di wilayah atau di atas petak tanah manapun terjadi penjajahan, maka itu adalah penjajahan atas Indonesia. Di wilayah atau di atas petak tanah manapun terjadi penindasan, itu adalah penindasan atas Indonesia. Wawasan utuh akan keindonesiaan inilah yang hendak ditanamkan oleh lagu Indonesia Raya. Harus benar cara pandang kita tentang tanah air, tentang tanah tumpah darah, tentang bangsa, tentang negeri dan juga tentang kebangsaan kita. Kita harus berpikir bulat utuh. Kita harus berpikir kesatuan dan keseluruhan. Kita harus benar-benar berwawasan dan berakidah Indonesia. Kita menghormati dan mengakomodir semua tradisi, budaya dan keyakinan di negeri kita ini secara utuh. Merangkainya menjadi sebuah ideologi kebangsaan Indonesia. Tidak ada satupun suku, tradisi dan agama yang kita singkirkan atau rendahkan. Semua diramu dan dirajut menurut hikmah dan kebijaksanaan yang kita punya menjadi nilai-nilai dan cara hidup yang membawa warna utuh akan keindonesiaan kita. Kesadaran akan keutuhan dan kesatuan mutlak yang bulat inilah yang melahirkan Pancasila di tengah-tengah kita sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Pancasila hadir karena kita sadar betul bahwa kemerdekaan yang kita capai itu bukanlah kemerdekaan untuk satu golongan saja, melainkan kemerdekaannya seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Kemerdekaan semua buat semua. Pancasila hadir agar kita benar-benar menjadi Indonesia yang utuh. Indonesia yang bulat mutlak. Indonesia yang tidak meninggalkan satu golonganpun. Indonesia yang seluruh warna dan rupa tentangnya terajut dan terbingkai indah dalam keindonesiaan. Itulah Indonesia Raya yang kita cita-citakan. Itulah Indonesia Raya yang hendak kita bentuk dan bangun. Itulah Indonesia Raya yang kita doakan dan kita perjuangkan untuk menjadi Indonesia yang merdeka, Indonesia yang bersatu, Indonesia yang beradulat dan Indonesia yang adil dan makmur. Mindset seperti inilah yang hendak dibangun dan tumbuhkembangkan melalui lagu Indonesia Raya ini. Agar kita tahu siapa Indonesia, dan mau kemana Indonesia. Dan agar rasa bangga dan cinta kita untuk Indonesia utuh adanya dan tak terbagi. Tentu spirit lagu Indonesia Raya ini haruslah pula terpahami dan tertanam dengan baik di dalam dada kita yang hidup di hari ini. Spirit ini adalah kekuatan kita. Semangat keutuhan dan kesatuan ini adalah syarat bagi kita untuk mewujudkan segala cita dan harapan kita akan Indonesia. Kita harus benar-benar menerima dan mencitai Indonesia secara total dan utuh dengan segala keragamannya sebagaimana kita menerima dan mencintai diri kita sendiri secara total dan utuh. Adalah takdir kita untuk menjadi sebuah bangsa yang beragam dan adalah dharma kita untuk menjadi kesatuan bangsa yang utuh tunggal dalam kebhinekaan kita itu.
Dijadikannya merah dan putih sebagai simbol akan keindonesiaan kita selain mempunyai nilai-nilai historis riligius dan historis budaya, juga memiliki makna filosofis yang kuat. Yang secara sederhana merah melambangkang keberanian dan putih melambangkan kesucian. Inilah karakteristik Indonesia. Kita adalah bangsa pemberani. Kita adalah bangsa pejuang. Kita adalah bangsa yang penuh semangat dan optimistik. Namun kita juga adalah bangsa yang bebudi luhur. Bangsa yang menjunjung tinggi kebenaran. Bangsa yang tunduk kepada nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Kita adalah bangsa yang senantiasa mendasarkan segala urusan dan tindakannya di atas dasar keadilan dan kebenaran. Dengan simbol merah putih itu kita meletakan standar karakteristik untuk Indonesia: “Kita adalah bangsa yang berani dalam perbuatan karena kita suci dalam niat”. Dan dari semua itu, meski tentu saja di momen Kongres Pemuda II ini keindonesiaan kita masihlah jauh dari kata sempurna, namun kita benar-benar dapat melihat betapa Kongres Pemuda II ini telah meletakan dasar-dasar yang sempurna bagi keindonesiaan kita. Di atas dasar-dasar inilah kita kemudian merajut keindonesiaan kita serta bejuang mewujudkan cita-cita kita dengan arah yang jelas. Kongres Pemuda II benar-benar telah meletakan nilai dan memberi arah yang jelas bagi perjalan bangsa kita. Dan tentu saja momen ini dapat terus menjadi alat mengingat dan menjadi patokan arah bagi perjalanan bangsa kita di masa ini dan masa-masa yang akan datang. Catatan: Kongres Pemoeda diadakan di Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928. Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari : Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI) Abdul Muthalib Sangadji Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau |
|
Total comments: 1 | |
| |